Selasa, 20 Oktober 2015

Sumpah Serapah Belantara



SUMPAH SERAPAH BELANTARA
Ayah Raziq

Akankah tiada hutan lagi yang dengan cucuku kelak akan kuajak dia ke sana? Mungkin hanya akan kubelikan lukisan.

Beruntunglah aku sedikit bisa bersahabat dengan hutan. Dengarkan merdu suara aneka burung yang aku tak kenal namanya, meneguk segarnya air dari celah bebatuan, hirup sejuk udara lansung di bawah hasil proses fotosintesis, dan cemas akan kehadiran penguasa-penguasa belantara. Hingga sampailah aku di suatu puncak dimana cakrawala dan mega-mega nyaris bisa kugapai. Betapa maha agungnya engkau dengan segala ciptaan mu duhai Rabb-ku.


Lalu apa yang tersisa sekarang?
Pemabuk dunia kuras habis isi bumi.

Ohh.
Aku tidak menceritakan musibah dan bencana, karena hanya sebuah retorika bagimu. Kau dengar, anggukkan, lalu lupakan.
Aku bertanya tentang keindahan yang hilang.
Dimana kayu kami yang gagah menunjuk langit?
Kemana Harimau Sumatra kami yang kehilangan singgasananya?
Kemana Elang Jawa yang ganasnya kini hanya tinggal nama?
Apa kabar Kakak tua? Tak tega hati ini melihatnya terkurung lesu di taman safari.


Buang saja kepedulianmu, aku juga akan merahasiakan ini pada cucuku kelak.
Riau
03122014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar