Senin, 21 September 2015
Terlantar Duka Menampar Iba (puisi)
-Terlantar Duka Menampar Iba
Salam panas kotaku
di ujung jauh
di lembah kehidupan ini
dua sisi membelit sang nasib
berjibaku menyeret kaki tersembilu
waktu memaksa mengayuh ke lembah dangkal
dirambahnya jalanan paling berduri.
Wanita renta berdada langit
nafas terengah menghitung murung
bibirnya pucat kering terbata-bata, tanpa satupun kata tercuat dari relung hatinya.
Sejuk tampak tak mampu mengunduh teduh
melenggok memijak ranah beranai-anai
ditatap sembilu beralas tikar usang
berkecimpung dengan penjuru langit.
Lihat:
beliau masih terpinggir manelan takdir
nurani apa ini?
di tepi bibir mereka nyinyir membela fakir
topeng nan bersolek.
Tidaklah asa menyatukan basah
terlantar kering keluntang
bengkak semakin membungkuk
bumi pertiwi berimbun iba.
Aduhai ...
dimana lagi mencari ranah asa?
mesra memagut tawa
nyaring tembang lambung membumbung
sendawa-sendawa di depan muka
muntahlah muntah
sampai senjanya menjemput isya.
Bumi Allah 06022015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar